10 Stasiun kereta api tertua di Indonesia (revisi)
Pertama tama saya mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya untuk kesalahan dalam artikel saya. Menanggapi beberapa email & komentar yang masuk tentang adanya kesalahan informasi dalam artikel saya yang berjudul "10 Stasiun kereta api tertua di Indonesia", maka kali ini saya ingin merevisi kembali postingan saya tersebut.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Kang Asep & Mas Doni dari IRPS yang telah memberikan petunjuk dan informasi yang saya butuhkan, ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat blogger untuk kritik & saran terhadap blog saya.
Setelah berhari-hari berkutat mencari sumber yang valid bersama paman google, saya bisa menyelesaikan edisi revisi "10 Stasiun kereta api tertua di Indonesia". Walau begitu saya tetap membutuhkan kritik dan saran dari sahabat blogger dan para pengunjung.
Setelah berhari-hari berkutat mencari sumber yang valid bersama paman google, saya bisa menyelesaikan edisi revisi "10 Stasiun kereta api tertua di Indonesia". Walau begitu saya tetap membutuhkan kritik dan saran dari sahabat blogger dan para pengunjung.
10. Stasiun Purwosari (1875)
Stasiun Purwosari (PWS) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 502, Purwosari, Lawiyan, Surakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +98 m dpl ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta.
Stasiun Purwosari dibangun pada tahun 1875, dan merupakan salah satu stasiun tertua di Surakarta. Pembangunannya ditangani oleh NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah Mangkunegaran.
9. Stasiun Solo Balapan (1873)
Stasiun Solo Balapan (kode: SLO, +93m) adalah stasiun induk di Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta yang menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, serta Semarang. Stasiun ini didirikan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada abad ke-19 (tepatnya 1873)
8. Stasiun Ambarawa (1873)
Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di halaman museum.
7. Stasiun Lempuyangan (1872)
Stasiun Lempuyangan (kode: LPN, +114 m dpl) adalah stasiun kereta api yang terletak di Kota Yogyakarta, berjarak sekitar 1 km di sebelah timur dari stasiun utama di kota ini, yaitu Stasiun Yogyakarta. Stasiun yang didirikan pada tanggal 2 Maret 1872 ini melayani pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi Yogyakarta. Stasiun Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari barat ke timur merupakan perbatasan antara Kecamatan Gondokusuman di utara dan Danurejan di selatan.
6. Stasiun Semarang Tawang (1868)
Stasiun Semarang Tawang (kode SMT) adalah stasiun induk di Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang yang melayani kereta api eksekutif dan bisnis. Kereta api ekonomi tidak singgah di stasiun ini. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia setelah Semarang Gudang dan diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868 untuk jalur Semarang Tawang ke Tanggung. Jalur ini menggunakan lebar 1435 mm. Pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan melanjut hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta.
5. Stasiun Kedungjati (1868)
Stasiun Kedungjati (KEJ) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kedungjati, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 m dpl ini berada di Daerah Operasi 4 Semarang. Stasiun Kedungjati merupakan stasium tertua yang dibangun pada tahun 1868 oleh perusahaan swasta Belanda dan saat ini masih dipergunakan. Stasiun Kedungjati diresmikan pada bulan 21 Mei 1873. Arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa, bahkan dulu beroperasi jalur KA dari Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi pada tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun dari kayu diubah ke bata berplester dengan peron berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi 14,65 cm.
4. Stasiun Alasteowa (1867)
Stasiun Alastuwa (ATA) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Tlogomulyo, Pedurungan, Semarang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +6 m dpl ini termasuk dalam Daops 4 Semarang. Peron stasiun ini berbentuk pulau. Stasiun ini dapat terlihat dari jembatan layang di Jl. Raya Bangetayu-Pedurungan ke arah timur.
Terdapat 4 jalur di Stasiun Alastuwa. 1 jalur masih menggunakan bantalan kayu, 2 jalur masih menggunakan bantalan besi, dan 1 jalur sudah menggunakan beton.
Stasiun Alastuwa biasa menjadi tempat perhentian bagi kereta api dari arah timur yang hendak ke barat apabila Stasiun Semarang Tawang tergenang banjir atau penuh jalurnya maupun terjadi kemacetan parah di Jl. Raya Kaligawe.
3. Stasiun Broemboeng (1867)
Stasiun Brumbung (BBG) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kembangarum, Mranggen, Demak. Stasiun yang terletak pada ketinggian +18 m dpl ini berada di Daerah Operasi 4 Semarang. Dibangun pada tahun 1867, stasiun ini terletak tak jauh dari jalan raya Semarang-Purwodadi. Di timur stasiun ini terdapat Pasar Ganefo.
Dari arah Semarang (barat laut), Stasiun Brumbung merupakan tempat percabangan bagi jalur rel ke Surabaya (timur) dan Surakarta (tenggara). Dengan posisi demikian, peron Stasiun Brumbung berbentuk pulau.
2. Stasiun Tanggung (1867)
Stasiun Tanggung (TGG) adalah sebuah stasiun kereta api yang terletak di Tanggungharjo, Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Dengan ketinggian ±20 m dpl, Stasiun Tanggung terletak di Daerah Operasi 4 Semarang.
Stasiun Tanggung merupakan salah satu stasiun KA tertua di Indonesia. Pada tanggal 10 Agustus 1867, jalur KA pertama dibuka, antara Semarang-Tanggung yang berjarak 25 kilometer, oleh Gub. Jend. Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele. Bangunan stasiun yang didirikan pertama kali telah dibongkar pada tahun 1910, kemudian dibangunlah bangunan stasiun yang baru, yang dapat dilihat sampai sekarang. Pada pertengahan tahun 1980-an, stasiun ini pernah hendak dibongkar dan ditempatkan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Kini, Stasiun Tanggung tidak lagi berfungsi menaikkan atau menurunkan penumpang, tetapi hanya sebagai stasiun pengawas keamanan perjalanan kereta api di lintasan Brumbung-Gundih, karena seringnya kereta api dilempari batu di sekitar stasiun ini. Karena fungsinya yang terbatas, tidak ada jalan keluar masuk kendaraan ke stasiun. Jalan masuk kendaraan melalui perumahan penduduk yang dibangun di pekarangan stasiun dengan menyewa kepada PT Kereta Api.
1. Stasiun Semarang NIS/Semarang gudang/Tambaksari (1864)
Stasiun ini dibangun pada tanggal 16 Juni 1864 yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele. Untuk pengoperasian rute ini, pemerintah Belanda menunjuk Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), salah satu markas NIS yang sekarang dikenal sebagai Gedung Lawang Sewu. Dan tepatnya pada 10 Agustus 1867 sebuah kereta meluncur untuk pertama kalinya di stasiun ini.
bilamana terdapat kesalahan dalam artikel ini, mohon diralat. Terima kasih.
pertamax dulu....
ReplyDeletewah, stasiun jakarta kota (BEOS) & Tanjung priok ga masuk ya?
wuah ada revisinya juga sob....
ReplyDeleteasal jng ketinggalan kereta aja....
slmat malam kang harry...
stasiun lempuyangan sampe sekarang masih seperti dulu, nice article sob
ReplyDeleteWahhh.. Ini Sejarah Indonesia yang kudu diinget selalu neh.. Kebetulan saya belum pernah tau tempat2 dari sekian 10 kereta api tertua di Indonesia neh... Keren infonya.. salam :D
ReplyDeleteStasiunnya sekarang udah pada berubah belum iah bentuknyaa..
ReplyDelete:D
mkashy buat kunjungan dan komentarnyaa.. udah elok follow balik.. mkashy iaah
mohon maaf beLum sempat mambaca dan memberi komentar, sedang buru-buru nih om.
ReplyDeletesekaLi Lagi mohon maaf yah.
mohon maaf agak teLat ngabsen nih.
seLamat pagi, seLamat menjaLankan aktifitas dan saLam sukses seLaLu.
wahhh,, ko gambir engga masukk??
ReplyDeleteternyata ada yang lebih tua dari gambir yaa,,
*telmi mode on,, hehhe
keren...heheh..tp bandung ga ada ya hihihi..nice post..have a great day..^_^
ReplyDeletepoto nya mantab kawan
ReplyDeletesukses slalu ya...
tempat2 yg seperti ini nich yg harus dilestarikan.....
ReplyDeletesaya paling suka sama" barang langka termasuk tempat" bersejarah seperti stasiun kereta ini, thanks kawan, boleh saya ambil gambarna ? :D buat koleksi saya :) thanks
ReplyDeletestasiun tanjung priok dan kota enggak termasuk yah om?, saLah ketik kaLi tuh hikshikshikshiks....
ReplyDeletedateng enggak dijemput dan puLangnya enggak dianter, kaLo kehabisan ongkos gimana nih om?, hehehe...
Stasiun Kota ga termasuk ya Sob????
ReplyDeleteWah masih pada terawat ga tuh ya....???
Semangat N Met aktivitas Sob!!!
sayang bgt di klmntan ga ada kereta api, apalagi stasiunnya. xixixi
ReplyDeletenice post
ReplyDeleteYou have nice article.please smile back.Thank you.
ReplyDeleteberkunjung di tengah maLam, deteng enggak di jemput dan puLangnya enggak di anter.
ReplyDeleteselamat istirahat aja.
arini ketinggalan kereta .... he he he ....
ReplyDeletesemuanya ada di jawa ... jadi pembangunan jalur kereta di jawa dulubaru ke pulau sumatera ....
dengan berat hati sejak malam ini blog gak mutu menyatakan ... .
aku tahunya ambarawa hehehe...karena dekat dengan rumahku
ReplyDeletekunjungan di akhir pekan, mengucapkan seLamat berakhir pekan aja yah om.
ReplyDeletesaLam sehat seLaLu untuk om_buret dan keLuarga.
trimakasih atas informasinya.
ReplyDeletesalam persahabatan, ijin ikutan jadi follower di blog ini
datang dengan semangat baru Sob.....Met Blogging....
ReplyDeletewah saya jadi inget celetukan seorang kawan ketika saya antar keberangkatannya dari stasiun Tugu-Jogja ke Jakarta bertahun lalu. Katanya, "Setiap di stasiun, ada perasaan yang terbangun: seperti ada yang menghilang dan pelan-pelan menjauh."
ReplyDeleteBagi saya, mungkin perasaan ini efek dari arsitektur klasik dan pergerakan kereta yang tadinya tegak kaku persis di depan kita lantas pelan-pelan menjauh dan hilang di tikungan bahkan horizon. =)
Foto2na menakjubkan, Buret. Seperti menyeret ke antah berantah =)) Trims
wah seumur'' belum pernah naik kereta api nih mas har....
ReplyDeleteselamat sore semoga hari ini dalam keadaan baik dan sehat sellu...
ReplyDeletelahat gak masuk
ReplyDeleteGa' nyangka kalau stasiun deket rumah adalah termasuk yg paling tua no.2, tp sebenernya stasiun tanggung masih berfungsi meski tidak reguler. Karena kebanyakan orang2 sekitar kalau mau pergi ke solo sering naik kereta dari stasiun ini. Ada jadwal rutin kok, dg kereta KRD yg berhenti di stasiun tanggung.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete